Perjalanan saya belajar web dan mebuat personal site, untuk blog dan portfolio (Part-2)

Setelah menyelesaikan skripsi, saya melanjutkan belajar web dan menemukan informasi mengenai sebuah layanan baru milik google. Layanan ini bernama Firebase dan menyediakan free hosting. Tentu saja saya segera lanjut mencobanya. Firebase membuat saya teringat dengan github.io dan heroku, kemudahan dalam membuat web dari static html di github dan layanan database, storage, cloud function, authentication di heroku.

Saya dengan cepat bisa menggunakan firebase, namun at some point, melakukan modifikasi data dengan langsung membuka database kinda tiring and bug prone. Jadi, hal berikutnya yang saya lakukan ialah segera mencari sebuah CMS (Content Management System) yang bisa di integrasi kedalam firebase. Flamelink adalah jawaban dari pencarian saya. Namun selama mengerjakan web, saya menemukan banyak kesulitan dalam menggunakan SDK flamelink. Dokumentasi yang kurang dan sdk yang belum mature membuat saya kehilangan semangat mengerjakan web pribadi. Tutorial penggunaan firebase dan flamelink akan saya tulis di blog post berikutnya.

Kelebihan

  • Setup cukup mudah, tutorial resmi sudah dibuat step demi step

  • Hacky full feature server

  • Terdapat domain default yang keren (*.web.app), namun kita juga bisa menggunakan custom domain, tentunya beli lagi 🀣

  • Terdapat paket GRATIS untuk project kecil. Pastinya dengan berbagai limitasi, tapi itupun sudah sangat cukup untuk sebuah blog ataupun website portfolio kecil

  • Free SSL

  • Integrasi kepada fitur-fitur google tinggal klik (OAuth, Analytic, Admob, dll)

Kekurangan

  • Integrasi kedua sistem walaupun smooth diawal, semakin jauh terasa semakin sulit

  • Karena menggunakan 2 sistem yang berbeda maka diperlukan mengecek perubahan pricing ataupul policy di 2 tempat

  • melakukan query di NoSQL database sedikit tricky buat yg tidak terbiasa

  • Di paket gratis, Tidak bisa melakukan request ke alamat url lain (crossorigin)

Wordpress dan Google Cloud Platform

Fast forward 2 tahun semenjak terakhir mengerjakan web pribadi ini, saya telah bekerja di salah satu perusahaan ecommerce Indonesia sebagai Android Developer. Tiba tiba saya mendapatkan email pemberitahuan bahwa domain saya mendekati masa expire dan saya harus memperpanjang nya. Karena merasa sayang jika dibiarkan expire, maka mau tidak mau saya harus membayarnya dan kembali. Hal ini mentrigger kembali pembelajaran web saya. Tapi hal ini tidak berjalan baik, karena sekarang saya lebih sibuk dan memilih untuk lebih fokus kepada mobile app development.

Tak mau rugi, maka saya mencari opsi yang paling simpel dalam membuat web. Kalau bisa pengennya cuma klik-klik. Setelah mencari cari dan menimbang berbagai aspek seperti:

  • Harga,

  • Plugins,

  • Support,

  • Kemudahan backup, dll,

Saya akhirnya memilih Wordpress. Permasalahannya, wordpress merupakan sebuah web app, tidak dapat di deploy di tempat hosting static web. Untuk menggunakannya saya perlu berlangganan shared hosting, compute engine/vps, ataupun Container pod. Range harga layanan ini mulai dari Rp.10 rb hingga ratusan ribu per bulan. Untuk yang murah, size host yang ditawarkan menurut saya terlalu kecil, sedangkan yang mahal, yaahhh MAHAL πŸ˜‚. Sampai akhirnya saya menemukan sebuah video youtube yang menjelaskan cara untuk mendeploy Wordpress di GCP (Google Cloud Platform) dengan harga $0 (baca: gratis). Yang menarik dengan harga $0 itu saya mendapatkan resource yg sama (bahkan terkadang lebih) daripada low tier shared host. Walaupun sama-sama kecil, layanan yang gratis lalu mudah diintegrasi dengan produk lain google memiliki jaringan CDN di seluruh dunia, rasanya it’s a no brainer choice. Setup mengikuti step by step dari video sebelumnya, lalu saya membeli template (karena sudah malas ngoding frontend), install, klik, klik, klik… and its done.

Kelebihan

  • Gratis

  • Kemudahan itegrasi dengan sistem google lainnya

  • Karena dideploy di sebuah full feature server. Everything is possible, email, analytic, everything! you name it (*selama resouce masih sanggup)

  • Terdapat ribuan template (ratusan gratis), hampir semua usecase ada template gratis nya

  • Begitu juga plugin nya, ga perlu ngoding, klik, klik, done. Bahkan bikin simple ecommerce pun bisa 😎.

Kekurangan

  • Resource kecil (jangan terlalu serakah 🀭, sukur sukur gratis)

  • Perlu Kartu debit/credit yang berlabel VISA / Master Card dan aktif untuk transaksi digital (Bank Mandiri’s Debit Card is A No)

  • Need to be familiar in handling linux system

  • Setengah prosesnya Has No GUI setup

  • Ilmu yang didapat selama proses paling sedikit 😱

  • Template memang banyak tapi customization terbatas, jadi harus ganti template lagi atau mencoba coding di environtment yg sangat berbeda

Β