Perjalanan saya belajar web dan mebuat personal site, untuk blog dan portfolio (Part-1)

ยท

3 min read

Awal mula

Di ujung tahun 2017, mendekati masa akhir kuliah (sambil mengerjakan skripsi pastinya ๐Ÿ‘จ๐Ÿผโ€๐ŸŽ“), saya mulai memikirkan perlunya sebuah personal website untuk personal branding dan menyebarkan ilmu kepada lebih banyak orang. Saya lantas membeli domain alifakbar.com, sebuah domain dengan nama saya. Kemudian hal berikutnya, saya perlu mulai belajar membuat web. Saya memang berlatar belangkang kuliah di jurusan IT, namun mata kuliah pembuatan web tidak sempat saya ambil. Dari situlah perjalanan saya dimulai.. ๐Ÿƒ๐Ÿป

Disclaimer: Saya tidak menjamin semua platform yang saya ceritakan dibawah ini masih memiliki kelebiihan/kekurangan sesuai dengan kondisi terkini.

.github.io

Website pribadi saya yang pertama di host menggunakan fitur static host milik github. Saya cukup mendaftar di website Github.com lalu membuat sebuah repository dengan format [username].github.io kemudian github akan secara otomatis menghost repository tersebut dengan halaman home berupa file /index.html. Contoh milik saya bisa dilihat di alifgiant.github.io dan repo ini.

Sebenarnya website ini bukan saya buat diakhir 2017, saya sudah mulai membuatnya lebih awal beberapa tahun, dalam rangka belajar web mandiri. Pada saat itu saya hanya mencari template gratisan ๐Ÿคซ lalu mengeditnya sedikit demi sedikit. Saya memasukkan .github.io ke dalam list ini, karena mungkin buat kamu, yang baru mulai belajar, ini bisa menjadi referensi. (After all, website di github.io sangat mudah untuk dibuat). Tutorial pembuatannya akan saya tulis di blog post berikutnya.

Kelebihan

  • Setup mudah

  • Domain suffix .github.io sounds geeky/techy

  • Kapasistas penyimpanan (Repository) hingga 100GB dan maksimum ukuran file 100MB (berasa seperti โˆž blog post)

  • GRATIS, pas buat yg kantong tipis

Kekurangan

  • Tidak memiliki integrasi database (secara default)

  • Tidak ada content editor WYSIWYG

  • Tidak bisa menggunakan custom domain

  • Tidak bisa mengirim email

Kekurangan tidak adanya editor WYSIWYG ini sangat menganggu. Hal tersebut menyebabkan saya tidak bisa mengedit konten web dimana saja dan harus bergantung kepada laptop.

Heroku

Perjalanan belajar berlanjut, saya menemukan cloud service bernama Heroku. Di heroku kita bisa melakukan deployment sebuah server secara complete, tanpa keribetan berbagai macam konfigurasi. Seperti menginstall runtime dan menginstall database. Semuanya sudah tersedia. Disinilah awal mula saya benar-benar belajar membuat web. Mulai dari backend, restful service, hingga frontend client side render.

Kurva pembelajaran yang saya lalui sangat tajam. Sebelumnya, saya hanya mengedit html namun kini saya harus belajar sangat banyak hal baru, routing, caching, contoller, middleware, and so much other things. Sebenarnya pengalaman ini sengat menyenangkan bagi saya yang sangat haus ilmu. Namun, karena saya harus fokus menyelesaikan tugas akhir, pembelajaran saya harus ditunda. Tutorial penggunaan heroku akan saya tulis di blog post berikutnya.

Kelebihan

  • Full feature server

  • Terdapat domain default namun juga bisa custom domain, tentunya beli lagi ๐Ÿคฃ

  • Terdapat paket GRATIS untuk project kecil. Pastinya dengan berbagai limitasi, tapi itupun sudah sangat cukup untuk sebuah blog ataupun website portfolio kecil

Kekurangan

  • Tidak semudah yang di-iklan kan, perlu beberapa pengalaman dalam hal development web

  • Server tidak menyala terus menerus, setelah sekian waktu akan mati, sehingga jika akses web berikutnya akan cukup memakan waktu karena server baru di restart

  • Di paket gratis, Tidak bisa melakukan request ke alamat url lain (crossorigin)

ย